03 September 2012

Cara Install Internet Explorer di Ubuntu

Cara Install Internet Explorer di Ubuntu. Internet Explorer adalah suatu web browser yang defaultnya terdapat pada System Operasi Microfoft Window. Ingin Internet Explorer terinstall di Linux Ubuntu anda, Yuk langsung aja begini caranya :
  1. Sebelum lanjut ke pembahasan, ada baiknya anda membaca artikel tentang Cara Install Aplikasi Windows di Linux karena sebelum menginstall Internet Explorer kalian harus menginstall Wine terlebih dahulu. Pada pembahasan kali ini yaitu menginstal Internet Explorer 6 dengan Flash 9 menggunakan wine, dan juga Anda dapat menginstal IE 5.5/5.01 jika menginginkannya. Catatan: Flash 9 TIDAK tersedia untuk browser selain dari IE.
  2. kalau sudah baca artikel di atas mari kita lanjutkan pembahasanya. Langkah pertama yang harus kita lakukan yaitu menginstall 
sudo apt-get install cabextract
Setelah itu jalankan perintah berikut :
1.  wget http://www.tatanka.com.br/ies4linux/downloads/ies4linux-latest.tar.gz
2.  tar zxvf ies4linux-latest.tar.gz
3.  cd ies4linux-*
 4. ./ies4linux

Warning : Jangan jalankan perintah di atas sebagai root (no sudo), karena dapat menyebabkan kerusakan pada konfigurasi X Anda.

Selesai deh Cara Install Internet Explorer di Ubuntu.

http://www.armindojaya.co.id
Cara Cepat Menaikkan Pagerangk dan Visitor

Cara Cepat Menaikkan Pagerank bisa kita lakukan dengan gratis tanpa biaya. Cara Cepat Menaikkan Pagerank ini sudah banyak dilakukan oleh para blogger2 yang sudah ahli. Gak usah susah2 komentar sana sini. Cukup ikuti panduan ini.Cara Cepat Menaikkan Pagerank adalah dengan copy paste artikel ini mulai kata” —– copy mulai di sini —- sampai —–SELESAI —-” di blog anda.
—— Copy mulai di sini —— Silahkan pelajari dengan baik lalu anda terapkan dengan benar…. Ada kata bijak yang mengatakan “Honesty is The Best Policy (Kejujuran adalah politik/strategi terbaik)”, mari kita buktikan….apakah konsep kejujuran disini dapat kita gunakan untuk menghasilkan traffic dan popularity yang sangat hebat dari sebuah metode rumit para expert webmaster atau pakar SEO..? Saya percaya kita bisa asal metode ini anda terapkan dengan benar…,apabila ini di aplikasikan pada web/blog anda sesuai ketentuan maka:
  • Blog anda akan kebanjiran traffic pengunjung secara luar biasa hari demi hari, tanpa anda harus repot-repot memikirkan SEO atau capek-capek melakukan promosi keberbagai tempat di dunia online.
  • Blog anda juga akan kebanjiran backlink secara signifikan hari demi hari, tanpa perlu repot-repot berburu link keberbagai tempat di dunia internet.
Hal yang harus anda lakukan adalah ikuti langkah-langkah berikut :
  1. Buatlah postingan artikel seperti posting saya ini, atau copy-paste artikel ini. Lalu beri Judul sesuka anda (karena itu merupakan SEO buat web/blog anda sendiri).
  2. Anda cukup hanya meletakkan Link-Link di bawah ini pada artikel anda tersebut pada blog/web anda.
    1. Bisnis Online
    2. Panduan belajar Wordpress
    3. Softare Asli
    4. Lirik Music Indo
    5. Lirik Music Luar
    6. Free Template
    7. game para gamer
    8. Tutorial Blogging | Internet Bisnis Online
    9. pVidia Blog
    10. kreativitas
    11. Bang huda
    12. Green Tree
    13. Software Fullversion
    14. Pressure Vessel
    15. Tutorial Informasi
PERATURAN :
  1. Sebelum anda meletakkan Link-Link tersebut ditas ke dalam postingan web/blog anda, harap hapus Link nomor 1 , Sehingga link no 1 hilang dari daftar link dan setiap link anda naikkan 1 level ke atas. Yang tadinya no 2 naik menjadi no 1, yang tadinya no 3 menjadi no 2, yang tadinya no 4 menjadi no 3 dan begitu seterusnya. Setelah itu masukkan Link anda pada urutan Paling bawah ( no 15 ).
  2. Ingat!!! Jangan Merubah Urutan daftar link Apabila setiap blogger yang ikut dalam metode ini berhasil di duplikasi ole blogger lain yang akan bergabung, andaikan 5 blogger yang bergabung maka Backlink yang anda dapat adalah Ketika:
Posisi anda 15, jumlah backlink = 1
Posisi 14, jumlah backlink = 5
Posisi 13, jumlah backlink = 25
Posisi 12, jumlah backlink = 125
Posisi 11, jumlah backlink = 625
Posisi 10, jumlah backlink = 3.125
Posisi 9, jumlah backlink = 15.625
Posisi 8, jumlah backlink = 78.125
Posisi 7, jumlah backlink = 390.625
Posisi 6, jumlah backlink = 1.953.125
Posisi 5, jumlah backlink = 9.765.625
Posisi 4, jumlah backlink = 48.828.125
Posisi 3, jumlah backlink = 244.140.625
Posisi 2, jumlah backlink = 1.220.703.125
Posisi 1, jumlah backlink = 6.103.515.625
Dan semua Dari kata kunci yang anda inginkan, bayangkan jika ini bisa berjalan dengan sempurna maka anda akan memperoleh 6.103.515.625 external link yang berasal dari berbagai blog yang anda tidak akan pernah bayangkan sebelumnya. Belum lagi apabila ada pengunjung blog anda dari Link List tersebut diatas maka otomatis anda akan memperoleh traffic ke web/blog anda juga. Ingat!!! Aturuan mainnya, Anda harus memulai dari urutan paling bawah (no 15) sehingga hasil backlink anda bisa Maksimal. Jangan salahkan saya apabila anda tidak mengikuti metode ini dengan benar dan Link anda tiba-tiba berada pada urutan no 1 dan menghilang pada Link daftar. Jadi mulai lah pada urutan paling bawah(no 15). Bisakah Anda melakukan tindakan tidak fair atau tidak jujur dengan menyabotase metode ini, misalkan saja “menghilangkan semua link asal” lalu di isi dengan link web/blog anda sendiri…? ….Bisa, dan metode ini menjadi tidak maksimal. Kejujuran adalah strategi/politik terbaik…..Tapi saya yakin bahwa kita semua tak ingin menjatuhkan kredibilitas diri sendiri dengan melakukan tindakan murahan seperti itu… —- SELESAI —-
Catatan : Silahkan anda copy paste artikel tersebut di atas mulai dari —– copy mulai di sini —- sampai —–SELESAI —-. Boleh juga anda berkreasi dengan memberi sedikit basa basi terlebih dahulu. Semoga metode ini bisa berjalan sesuai harapan kita bersama. . . ! ! !
Cara Cepat Menaikkan Pagerank mudah bukan? Beri tahu kepada kawan2 blogger yang lain agar pagerank anda naik, naik, dan terus naik.

01 September 2012
Cuaca Menggila


Sepertinya cuaca berubah ekstrem akhir-akhir ini. Ada apa sebenarnya?


Namun, pada Sabtu sore, 1 Mei 2010, beberapa bagian kota itu telah tersiram hujan setinggi lebih dari lima belas sentimeter, sementara hujan deras masih saja mengguyur. Wali Kota Karl Dean berada di Pusat Komunikasi Darurat kota itu, memantau laporan awal banjir bandang ketika tayangan di layar TV menarik perhatiannya. Televisi menyiarkan langsung mobil di Jalan Lintas 24 yang ditenggelamkan salah satu cabang Sungai Cumberland di tenggara kota. Bangunan portabel sepanjang 12 meter dari Lighthouse Christian School tampak terapung melewati deretan kendaraan itu.

“Ada gedung yang menabrak mobil,” kata sang penyiar televisi. Dean mengatakan, “menjadi sangat jelas bagi saya betapa ekstrem situasi yang kami hadapi.” Tidak lama kemudian panggilan 911 berdatangan dari seluruh penjuru kota. Polisi, pemadam kebakaran, dan tim penyelamat dikirim dengan perahu. Tim lain mengungsikan keluarga dari atap dan pekerja dari gudang yang kebanjiran. Namun, 11 orang tewas di kota itu pada akhir pekan tersebut.

Ini hurikan jenis baru bagi Nashville. “Hujannya lebih lebat daripada yang pernah saya lihat di sini,” kata Brad Paisley, penyanyi country, yang memiliki peternakan di luar kota. “Biasanya kan saat kita berada di mal dan hujan mengguyur sangat deras, kita berpikir tunggu lima menit, dan setelah agak reda kita lari ke mobil? Nah, bayangkan bahwa hujan itu tidak mereda sampai keesokan harinya.”

Di sebuah stasiun CBS lokal, ahli meteorologi Charlie Neese dapat melihat asal cuaca itu. Arus jet berhenti di atas kota, dan hurikan demi hurikan menyedot udara lembap dan hangat dari Teluk Meksiko, menderu sekitar seribu kilometer ke timur laut, lalu menumpahkan airnya di Nashville. Sementara Neese dan rekan-rekannya melakukan siaran dari studio di lantai dua, ruang berita di lantai pertama dibanjiri air dari selokan yang meluap. “Air muncrat dari toilet,” kata Neese.

Sungai Cumberland, yang berkelok di tengah Nashville, mulai naik permukaannya Sabtu pagi. Di Ingram Barge Company, David Edgin memiliki lebih dari tujuh kapal dan 70 tongkang di sungai itu. Karena hujan terus mengguyur, dia menelepon Korps Zeni AS untuk mengetahui perkiraan kenaikan maksimum permukaan sungai. “Hujan ini membuat model kami tidak valid,” kata petugas jaga. “Kami belum pernah mengalami yang seperti ini.”

Pada Sabtu malam permukaan Sungai Cumber­land naik sekurangnya 4 meter, menjadi 10 meter, dan korps zeni memperkirakan dapat mencapai 13 meter. Namun, hujan tidak berhenti hari Minggu, dan permukaan sungai baru mencapai puncak ketinggiannya hari Senin—pada 16 meter, membuat banjir hampir setinggi 4 meter. Banjir yang merendam jalan-jalan pusat kota itu menyebabkan kerugian sekitar 18 triliun rupiah.

Ketika matahari terbit pada Senin pagi, be­berapa tempat di Nashville telah diguyur hujan lebih dari 34 sentimeter—sekitar dua kali rekor sebelumnya setinggi 16,75 sentimeter. Pete Fisher, manajer Grand Ole Opry, harus berperahu untuk masuk ke teater terkenal itu, yang terletak di tepi sungai di timur laut kota itu. Dia dan teknisi audio Tommy Hensley men­dayung dan masuk melalui pintu samping. “Dapat dikatakan kami mengapung ke teater,” kata Fisher. “Di dalam gelap gulita, lalu kami menyinari panggung. Jika duduk di barisan depan, kita akan tenggelam sedalam dua meter di bawah permukaan.”



Di gudang sepanjang sungai, banjir me­rendam peralatan bernilai miliaran rupiah untuk tur konser Brad Paisley mendatang, yang rencananya akan dimulai kurang dari tiga minggu lagi. “Semua ampli, semua gitar yang biasa saya gunakan, hancur,” kata Paisley. “Saya belum pernah merasa setidak berdaya ini menghadapi cuaca.”
Pengalaman itu mengubah dirinya. “Cuaca di Nashville biasanya masih bisa diajak damai,” katanya. “Namun, sejak banjir itu, saya tidak lagi berasumsi bahwa semuanya pasti normal.”

KEJADIAN EKSTREM seperti banjir Nashville—digambarkan para pejabat sebagai kejadian sekali dalam seribu tahun—lebih sering terjadi daripada biasanya. Sebulan sebelum Nashville, hujan deras menumpahkan 28 sentimeter air ke Rio de Janeiro selama 24 jam, memicu tanah longsor yang mengubur ratusan korban. Sekitar tiga bulan setelah Nashville, curah hujan tertinggi di Pakistan menyebabkan banjir yang berdampak pada lebih dari 20 juta orang. Pada akhir 2011 banjir di Thailand merendam ratusan pabrik di dekat Bangkok, mengakibatkan kekurangan pasokan hard drive komputer di seluruh dunia.

Bukan hanya hujan deras yang menjadi berita utama. Selama dasawarsa terakhir kita juga menyaksikan kekeringan yang parah di tempat-tempat seperti Texas, Australia, dan Rusia, serta di Afrika Timur, tempat puluhan ribu orang berlindung ke kamp pengungsian. Gelombang panas nan mematikan menghantam Eropa, sementara tornado yang jumlahnya mencetak rekor meluluhlantakkan banyak tempat di AS. Hal tersebut menaikkan beban bencana cuaca tahun 2011 di seluruh dunia menjadi sekitar 1.400 triliun rupiah, melonjak sekitar 25 persen dari tahun sebelumnya.

Ada apa sebenarnya? Apakah kejadian eks­trem ini merupakan bukti perubahan iklim bumi yang berbahaya akibat perbuatan manusia? Atau apakah kita hanya sedang me­ngalami nasib buruk yang alami? Jawaban singkatnya: mungkin keduanya.

Penyebab utama yang menimbulkan bencana belakangan ini adalah siklus iklim alami, khusus­nya El Niño dan La Niña. Dua siklus aneh di Pasifik khatulistiwa itu berpengaruh ter­hadap cuaca di seluruh dunia. Selama ber­langsungnya El Niño, kumpulan raksasa air hangat yang biasanya berada di Pasifik tengah bergerak ke timur sampai ke Amerika Selatan; saat berlangsungnya La Niña, air hangat ini menyusut dan kembali ke Pasifik barat.

Panas dan uap air yang berasal dari kolam hangat itu menghasilkan hurikan yang begitu kuat, sehingga pengaruhnya meluas dari daerah tropis hingga ke arus jet yang bertiup di lintang tengah. Saat kolam hangat itu maju mundur sepanjang Khatulistiwa, jalur berkelok arus jet bergeser ke utara dan ke selatan—yang mengubah lintasan hurikan di semua benua itu.

El Niño cenderung menyebabkan hujan hurikan di Amerika Serikat bagian selatan dan Peru sementara membawa kekeringan dan kebakaran di Australia. Selama La Niña, hujan membanjiri Australia dan tidak turun di Amerika barat daya dan Texas—serta di tempat yang lebih jauh seperti Afrika Timur.

Atmosfer dan lautan merupakan fluida kom­pleks, sementara siklus lainnya juga ber­pengaruh pada waktu dan tempat tertentu. Namun, Pasifik tropis sangat berpengaruh, karena memberikan begitu banyak panas dan uap air ke atmosfer. Dengan demikian, El Niño atau La Niña yang ekstrem menciptakan kondisi untuk kejadian ekstrem di tempat lain.

Namun, siklus alam saja tidak dapat men­jelaskan rekor bencana yang beruntun akhir-akhir ini. Bumi terus bertambah panas, se­mentara kelembapan atmosfer meningkat se­cara signifikan. Pengamatan puluhan tahun menunjukkan bahwa penumpukan gas rumah kaca dalam jangka panjang di atmosfer memerangkap panas dan menghangatkan tanah, lautan, dan atmosfer. Meskipun beberapa tempat, khususnya Kutub Utara, memanas lebih cepat daripada yang lain, suhu permukaan rata-rata di seluruh dunia meningkat setengah derajat celsius dalam empat dasawarsa terakhir. Tahun 2010 suhu rata-rata mencapai 14,51° C, sama dengan rekor yang tercipta tahun 2005.

Saat lautan menghangat, makin banyak air yang menguap ke udara. “Semua orang tahu bahwa jika kita membesarkan api kompor, air di panci akan menguap lebih cepat,” kata Jay Gulledge, ilmuwan senior di Pusat Solusi Iklim dan Energi (C2ES), sebuah lembaga penelitian di Arlington, Virginia. Selama 25 tahun terakhir, satelit mengukur kenaikan rata-rata empat persen uap air di udara. Semakin banyak uap air, semakin besar potensi curah hujan yang deras.

Pada akhir abad ini suhu rata-rata dunia bisa naik antara 1,5-4,5 derajat celsius—sebagian ter­gantung pada seberapa banyak karbon yang kita lepaskan antara sekarang sampai saat itu. Para ilmuwan memperkirakan cuaca akan sangat berubah. Pola sirkulasi dasar akan bergeser ke arah kutub, sama seperti yang dilakukan tanaman dan hewan saat lari dari (atau memanfaatkan) panas yang meluas.

Sabuk hujan tropis semakin melebar. Zona kering subtropis bergeser ke arah kutub, ke daerah seperti Amerika barat daya, Australia selatan, dan Eropa selatan, membuat daerah ini semakin rentan terhadap kekeringan yang panjang dan parah. Di luar subtropis, di lintang tengah, termasuk 48 negara bagian Amerika Serikat di selatan Alaska, lintasan hurikan juga pindah ke arah kutub—tren jangka panjang yang dipengaruhi oleh fluktuasi tahunan yang dipicu oleh La Niña atau El Nino.

Salah satu unsur tak terduga masa depan cuaca kita adalah Samudra Arktika, yang kehilangan 40 persen es-laut musim panasnya sejak tahun 1980-an. Suhu musim gugur di daerah yang sekarang menjadi laut terbuka ini meningkat 2-5°C, karena air yang gelap kini menyerap sinar matahari yang dulu dipantulkan kembali oleh es ke ruang angkasa. Bukti baru menunjukkan bahwa pemanasan mengubah arus jet kutub, menambahkan kelokan utara-selatan ke lintasannya saat mengitari bumi. Ini mungkin membantu menjelaskan mengapa pada musim dingin lalu Amerika Utara begitu hangat dan Eropa begitu dingin.

Saat berkelok lebih ke utara dari normalnya hingga sampai Kanada, arus jet membawa udara hangat; saat membelok jauh ke selatan ke Eropa, arus ini mendatangkan angin dingin dan salju ke wilayah itu. Pada musim dingin 2010-11 Amerika Utara bagian timurlah yang mendapat salju tebal. Karena lintasannya bergeser setiap tahun, cuaca ekstrem juga mungkin berubah.


Soal efek pemanasan global terhadap tiap-tiap hurikan, para ilmuwan lebih tidak bisa me­mastikan. Teorinya, tambahan uap air di at­mosfer seharusnya memasok tambahan panas ke hurikan dan topan besar, meningkatkan daya apung yang membuatnya semakin besar dan dahsyat. Beberapa model meramalkan bahwa pemanasan global dapat meningkatkan kekuatan rata-rata hurikan dan topan antara 2-11 persen pada 2100. Namun, belum ada kepastian apakah peningkatan ini sudah terjadi. Dan model yang memprediksi terjadinya hurikan yang lebih besar juga menyatakan jumlahnya mungkin akan berkurang di masa depan.

Hal yang paling tidak pasti adalah prediksi tornado. Atmosfer yang lebih panas dan lem­bap dapat menyebabkan hujan petir yang le­bih dahsyat, tetapi juga bisa mengurangi ge­seran angin yang diperlukan hurikan untuk me­­nimbulkan angin puyuh. Jumlah tornado yang dilaporkan di AS semakin banyak, te­tapi memang kian banyak pula orang yang men­carinya dengan instrumen yang kian canggih—dan tidak ada peningkatan jumlah tornado dahsyat yang terdokumentasi dalam setengah abad terakhir.

Akan tetapi, dalam kasus beberapa cuaca ekstrem, hubungannya terlihat jelas. Semakin hangat atmosfer, semakin mungkin pula tercipta rekor baru gelombang panas. Di seluruh dunia, 19 negara mencatat rekor nasional pada 2010.
Dengan bertambahnya uap air di atmosfer, curah hujan juga meningkat. Jumlah air ter­curah dalam hujan yang sangat lebat—satu persen hujan yang terderas—meningkat hampir 20 persen selama abad yang lalu di AS. “Sekarang setiap hurikan mencurahkan air lebih banyak daripada 30 atau 40 tahun lalu,” kata Gerald Meehl, ilmuwan senior di National Center for Atmospheric Research. Pemanasan global, katanya, telah mengubah peluang terjadinya cuaca ekstrem.

“Bayangkan ada pemain bisbol yang memakai steroid,” Meehl melanjutkan. “Pemain bisbol ini masuk ke home plate dan mencetak home run. Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa dia mencetak home run karena memakai steroid, atau bahwa sebenarnya dia bisa melakukannya tanpa steroid. Obat itu hanya memperbesar kemungkinan.” Demikian pula dengan cuaca, ujar Meehl. Gas rumah kaca adalah steroid bagi sistem iklim. “Dengan menambahkan sedikit saja karbon dioksida ke iklim, iklim akan menjadi sedikit lebih hangat dan memperbesar peluang terjadinya peristiwa yang lebih ekstrem,” katanya. “Yang dulu langka terjadi kini menjadi tidak begitu langka.”

AKHIR-AKHIR INI PENDUDUK TEXAS yang paling banyak mengalami cuaca bersteroid. 1.049 penduduk Robert Lee, kota di Texas Barat yang dihuni peternak, pekerja perminyakan, pen­siunan, dan pengusaha kecil mengalami ke­keringan hampir sepanjang 2011. Waduk E. V. Spence, seperti banyak danau di kawasan itu, kehilangan lebih dari 99 persen airnya.

“Jika sungai tidak segera mengalir, tidak akan ada lagi air yang keluar dari keran kami,” kata Wali Kota John Jacobs musim dingin lalu. “Benar-benar kering. Keadaannya semakin serius.” Pada Januari, kota itu mulai membangun pipa sepanjang 19 kilometer ke Bronte, sebuah komunitas yang selain memiliki waduk juga mem­punyai sumur.
Curah hujan di Texas dari Oktober 2010 sampai September 2011 lebih sedikit daripada periode 12 bulan lainnya sejak pencatatan di­mulai tahun 1895. Di seantero wilayah itu, pe­tani, peternak, dan penduduknya merasakan kesulitannya. “Banyak sumur yang mengering,” kata Clark Abel, penggali sumur bor di San Angelo. “Telepon kami tidak berhenti berdering. Luar biasa parah.”

Kemarau ini juga mengeringkan lahan peng­gembalaan, memaksa beberapa peternakan me­ngirimkan kawanan ternak mereka ke padang rumput yang lebih hijau di utara. Laksana angon ternak modern, para pekerja Four Sixes Ranch di dekat Guthrie dan dari cabang Dixon Creek di kawasan Panhandle Texas menggiring lebih dari 4.000 sapi peranakan Angus ke truk dua tingkat, lalu mengangkutnya ke lahan-lahan sewaan mulai dari Nebraska hingga Montana utara.

“Belum pernah ada orang yang mengalami hal seperti ini,” kata General Manager Joe Leathers.
“Ini tahun kekeringan terparah yang pernah kami alami,” kata John Nielsen-Gammon, ahli klimatologi negara bagian itu. Selain itu, tahun lalu warga Texas juga mengalami musim panas terpanas sepanjang sejarah. Warga Dallas menyaksikan air raksa di termometernya naik hingga 37,7°C atau lebih selama total 71 hari. Penyebabnya jelas, kata Nielsen-Gammon: La Niña, yang menggeser lintasan hujan ke arah utara AS, mengurangi curah hujan di seluruh kawasan Selatan, mulai dari Arizona hingga North Carolina dan South Carolina. “Kebetulan kami berada tepat di tengahnya,” katanya.


Akan tetapi, pemanasan global memperburuk situasi ini, memperparah gelombang panas yang memang sudah parah. “Dalam kondisi normal, banyak energi matahari yang digunakan untuk menguapkan air dari tanah atau dari tanaman,” jelas Nielsen-Gammon. “Akan tetapi, ketika tidak ada air yang diuapkan, semua energi itu dipakai memanaskan tanah dan akibatnya me­manaskan udara. Mengingat betapa sedikitnya curah hujan yang kami terima, mungkin tanpa perubahan iklim sekalipun tahun 2011 tetap men­jadi tahun terpanas di Texas. Apalagi perubahan iklim menambahkan panas sekitar satu derajat pada keadaan itu.”

Panas tambahan itu seperti siraman bensin pada hutan negara bagian itu: Dengan me­ningkatnya penguapan, hutan menjadi se­makin kering. Tahun 2011, Texas mengalami ke­bakaran hutan terparah dalam sejarah. Se­cara keseluruhan, kebakaran menghanguskan kawasan seluas Provinsi Bangka-Belitung—hampir dua kali luas kebakaran hutan dalam satu tahun terparah sebelumnya.

Salah satu kebakaran dengan kerugian ter­besar berawal September lalu tidak jauh di luar Taman Negara Bastrop, di tenggara Austin, yang pohon Pinus taeda-nya sekering dan se­getas rabuk. Dengan ditiup angin kencang, api menjalar ke selatan melalui lingkungan per­mukiman di pinggir kota, membentuk jalur yang disebut pemadam kebakaran sebagai “jalan” panjang kebakaran. Kebakaran ini meng­­hanguskan 1.685 rumah, tetapi kadang-kadang ada rumah berdekatan yang selamat, me­nyebabkan warga tak habis keheranan.

Ketika Paige dan Ray Shelton kembali untuk memeriksa properti mereka yang ber­batasan dengan hutan negara bagian, mereka me­­nemukan bungalo mereka masih berdiri, te­tapi penggergajian yang dijalankan Ray ber­sama saudaranya, Bo, tinggal abu sementara beng­kel keramik Paige musnah terbakar. Saat Paige mencari-cari barang berharga yang bisa diselamatkan, Ray langsung menuju kandang ayam untuk membersihkannya agar istrinya tidak perlu bersedih melihat bangkai ternaknya.

Pepohonan di sekitar kandang itu tinggal arang. “Ternyata,” kata Ray kemudian. “Saat saya men­dekat, seekor ayam jago menjulurkan ke­pala­nya dan berkokok. Saya terperanjat. Hampir saja saya terjengkang.”

MENINGKATNYA KERUGIAN dan frekuensi ben­cana alam tidak dapat disalahkan sepenuhnya pada cuaca. Bencana juga meningkat karena makin banyak orang yang tinggal di tempat berbahaya. Di negara bagian seperti Texas, Arizona, dan California pembangunan pe­rumahan baru di bekas hutan menyebabkan tempat itu lebih rentan terhadap kebakaran hutan, sama seperti pembangunan pesisir yang menyebabkan hotel dan rumah pantai yang mahal rentan terhadap topan dan hurikan lainnya.

Pada saat bersamaan, pertumbuhan kota besar yang cepat di negara berkembang di Asia dan Afrika menjadikan jutaan orang lebih rentan terhadap gelombang panas dan banjir. “Ada yang salah,” kata ahli klimatologi Michael Oppenheimer dari Princeton Uni­ver­sity, yang membantu menulis laporan ter­baru mengenai cuaca ekstrem untuk Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC). “Terus terang, kita tidak becus menghadapi bencana.”


Beberapa negara telah melakukan tindakan kecil tapi penting agar lebih siap menghadapi cuaca ekstrem. Gelombang panas yang luar biasa di Eropa tahun 2003 merenggut setidaknya 35.000 nyawa; analisis setelahnya mengungkap bahwa perubahan iklim melipatgandakan ke­mungkinan bencana tersebut. Setelah itu kota-kota Prancis mendirikan tempat perlindungan berpendingin dan mendata para lansia yang perlu transportasi ke tempat perlindungan. Ketika gelombang panas kembali melanda Prancis tahun 2006, jumlah korbannya dua pertiga lebih rendah.

Demikian pula, setelah hurikan tropis me­­newaskan 500.000 orang di Bangladesh tahun 1970, pemerintahnya mengembangkan sistem peringatan dini dan membangun tempat per­lindungan dasar dari beton bagi keluarga yang diungsikan. Sekarang, saat hurikan menerpa, jumlah korban jiwa di bawah sepuluh ribu.

Menurut Jay Gulledge, “Ketika dokter mem­­beri saran tentang cara menghindari se­rangan jantung, dia tidak berkata, ‘Anda perlu berolahraga, tetapi boleh terus me­rokok.’” Pendekatan cerdas terhadap cuaca ekstrem adalah mengatasi seluruh faktor risiko, dengan merancang tanaman yang tahan kekeringan, bangun­an yang dapat menahan banjir dan angin kencang, kebijakan yang mencegah orang membangun di tempat berbahaya—dan tentu saja, dengan memangkas emisi gas rumah kaca.

“Kita tahu bahwa pemanasan muka Bumi me­nyebabkan lebih banyak uap air yang ada di at­mos­fer. Kami telah mengukurnya. Satelit mem­per­lihatkannya,” ujar Gulledge. Jadi, kemungkinan akan terjadinya cuaca ekstrem pasti meningkat.

Kita harus menerima kenyataan, kata Oppen­­heimer, dan melakukan segala hal yang dapat menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerugian. “Jangan menyerah pada nasib."

OLEH PETER MILLER







Siapkah kita menerima kemegahan Majapahit kembali?


CAHAYA MATAHARI PAGI NAN CERAH ITU MEMANTUL DI WAJAH YUSMAINI Eriawati. Dia tampak semringah berdiri di tepi kotak ekskavasi, berkemeja kotak-kotak biru lengan panjang. Scarf mini bermotif bunga melilit di lehernya. Perempuan ramah ini mengajak saya berjalan menembus semak dan pepohonan rindang meninggalkan timnya. Kami berjalan menuju deretan ­linggan, gubuk beratapterpal tempat batu bata tradisional dicetak dan dibakar. Para pembuat batu bata itu telah meninggalkan ceruk-ceruk tanah hasil galian yang di dalamnya berserak hamparan batu bata kuno, pecahan tembikar dan keramik.

Eriawati lalu memunguti pecahan keramik seladon hijau mengilat asal China abad ke-14. “Di sinilah kami memperkirakan permukiman golongan atas Majapahit,” ungkapnya sambil berjongkok di ceruk penuh batu bata kuno, “karena keramik-keramiknya berkualitas bagus.”

Beberapa langkah kemudian dia menemukan lagi sebuah pecahan tembikar, sebuah jambang­an besar dengan ragam hias nan raya, juga sisa-sisa unsur rumah zaman Majapahit lainnya. “Nah ini ukel besar!” seru Eriawati sambil membungkuk. “Ini salah satu bukti bahwa di sini pernah berdiri bangunan-bangunan besar yang menggunakan genting.”

Eriawati adalah ahli arkeologi dari Pusat Arkeologi Nasional. Selama 2007-2012, dia dan timnya meneliti struktur bangunan tinggalan Kota Majapahit di Desa Sentonorejo, Trowulan, sekitar sepuluh kilometer dari Mojokerto, Jawa Timur. Selain itu, timnya juga menyurvei permukiman kuno di tepian kanal Majapahit.

Dia mengatakan, di kawasan Trowulan, ahli arkeologi harus berpacu dengan perusakan lahan yang digarap pemilik kebun atau pembuat bata. Apabila terlambat, data arkeologi kemegahan Majapahit itu akan rusak, bahkan lenyap. “Beberapa tahun lalu kami melakukan ekskavasi di sekitar sini,” kata Eriawati seraya menunjuk salah satu ceruk yang meluas. “Di samping persis ayunan cangkul pembuat batu bata yang mengikis lapis demi lapis di tanah yang kaya artefak zaman Majapahit itu.”

Kami lalu beranjak menyusuri pekarangan warga menuju lokasi ekskavasi. Sebidang tanah di bekas rumah kepala desa setempat itu kini menjadi lokasi penelitian mereka yang disewa sekitar dua minggu. Sambil berjalan, Eriawati berkata bahwa saat ini timnya tidak bisa melanjutkan penelitian di lokasi yang sama seperti tahun lalu. Saya bertanya kenapa dan mendapatkan jawaban mengejutkan: karena tepat di atas temuan struktur tembok kuno tahun lalu itu, kini telah menjadi kebun pepaya berbuah ranum!

Eriawati memantau struktur permukiman dan lantai kuno yang tengah digali secara hati-hati oleh para ahli arkeologi. Seperti kota-kota modern, di Kota Majapahit juga terjadi pemakaian ulang yang tumpang tindih pada struktur permukimannya. Eriawati menunjukkan dinding-dinding itu saling terobos sehingga sulit membedakan apakah lapisan dinding itu digunakan semasa atau pada periode sebelumnya. Namun, teka-teki belumlah berakhir. Di tepian kotak penggalian itu dia berkata, “Sayangnya, sebagian besar susunan batu batanya sudah amburadul akibat pencarian emas besar-besaran pada 1960-1970-an.”

Teraduknya lapisan budaya dan hancurnya struktur bangunan kuno—yang tentu menyulitkan kerja ahli arkeologi—terus berlanjut dengan maraknya pembuatan growol atau semen bata kuno pada 1980-an. Bahkan, sampai hari ini penduduk masih menggunakan “sumber daya yang melimpah” itu untuk membangun rumah dan pagar-pagar desa.
Beberapa tahun terakhir, Eriawati dan timnya telah berhasil menampakkan  unsur permukiman kuno di Sentonorejo.

Hasilnya, kawasan dengan sebaran temuan seperti struktur dinding bersaluran air, hamparan lantai terakota persegi empat dan enam, umpak batu berhias tumpal, dan sisa sumur jobong. Eriawati menduga, terdapat dua lokasi dengan fungsi berbeda menurut banyaknya ragam temuan genting dan peralatan sehari-hari. Di sisi barat “ada bangunan khusus yang bukan untuk kepentingan sehari-hari,” ungkap Eriawati.

“Tetapi, sisi timur itu daerah yang ditempati harian karena temuan keramik dan tembikarnya bervariasi, kebanyakan barang-barang harian, seperti pecahan tempayan, pasu, pinggan, kendi, mangkuk, dan anglo.”

Tahun ini, timnya juga kembali menemukan struktur batu bata yang diperkirakan sebagai pembagi ruang dalam suatu bangunan dan struktur lainnya sebagai tembok pembatas kaveling permukiman. Bak sebuah kota yang agung, seluruh temuan struktur bangunan di kawasan Trowulan, memiliki kesesuaian orientasi dengan jaringan kanal kunonya, yaitu antara 5-12 derajat dari arah utara.


Suatu siang nan menggelora di bawah pohon durian muda, Eriawati duduk beralas terpal biru ditemani segelas kopi krim panas. Dia tengah memeriksa satu per satu temuan aneka pecahan cawan dan wadah keramik. Tampaknya ramainya temuan keramik asal penjuru China, Vietnam, dan Thailand menunjukkan adanya aktivitas perdagangan internasional di kota metropolitan yang hilang itu. “Ini cawan keramik abad ke-14 dari Dinasti Yuan, Manchuria,” ujarnya sembari menunjukkan kepada saya bagian pantat cawan yang tak berglasir.

Ma Huan, salah seorang penerjemah dan ahli tafsir armada Cheng Ho, pernah menuliskan kesan­nya tentang warga Ibu Kota Majapahit da­lam naskah Ying-yai Sheng-lan atau “Survei Menyeluruh Kawasan Pantai-pantai.” Pada Maret–Juli 1432, armada itu merapat ke Jawa dan bertandang ke Majapahit di mana sang raja tinggal. Menurut Ma Huan, ada tiga golong­an warga di Majapahit: muslim yang datang sebagai pedagang dari Barat, orang Cina Dinasti T’ang yang juga muslim, dan warga pribumi yang beragama Hindhu-Buddha.

Rupanya, kerukunan hidup beragama saat itu telah terbina dengan baik. Dia juga melukiskan bagaimana orang-orang Majapahit menggemari barang-barang China seperti keramik biru, kain sutera berhias benang emas, kesturi, dan manik-manik. Bahkan, Raja Majapahit secara berkala mengirimkan utusan yang mengangkut barang-barang asal Jawa, dan mempersembahkannya kepada Kaisar di China.

Berdasarkan temuan keramik menurut periodenya, Eriawati memaparkan, bangunan-bangunan ini dihuni dalam masa yang lebih panjang sekitar abad ke-14 sampai 15. Kemudian hunian berlanjut hingga awal abad ke-16 dengan masa yang lebih singkat. Temuan lain yang tak kalah menarik di sekitar permukiman kuno itu adalah fragmen perhiasan emas dan perunggu, beberapa koin China abad ke-12, hingga potongan tulang babi dan kerbau. Kemungkinan berbagai tulang itu menunjukkan jenis satwa yang dulu disantap oleh penghuni permukiman itu.

Saya menanyakan soal bagaimana penyajian santapan zaman Majapahit kepada Lien Dwiari Ratnawati di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bilangan Sudirman, Jakarta Pusat. Sebagai Kepala Subdirektorat Perlindungan Kekayaan Budaya yang sekaligus penghobi kuliner, Ratnawati selalu menyiapkan aneka kudapan biskuit dan keripik di laci meja kerjanya.

Menurutnya, berbagai prasasti peres­mian daerah perdikan Majapahit menyebutkan jenis makanan yang disediakan dalam acara tersebut. Tak diduga, cara penyajian makanan masa itu tidak jauh berbeda dengan masa sekarang: nasi tumpeng dengan lauk-pauk; seperti daging, kerbau, kijang, babi, ayam, angsa, dan berbagai jenis ikan. Lauk diolah dengan diasinkan, diasamkan, diasap, dipanggang, hingga direbus.

“Seperti gunungan, ada sayur-sayurannya,” ungkap Ratnawati. Bahkan, tempat “makannya pakai daun pisang, sama seperti masa sekarang.” Dari prasasti peresmian daerah perdikan pula para ahli arkeologi telah mengungkap tentang sejarah hunian di Majapahit. Tiga buah prasasti tembaga pada masa Pu Sindok—lanjutan dinasti Mataram Kuno—yang ditemukan di Trowulan menunjukkan bahwa desa itu merupakan permukiman berkesinambungan sejak abad ke-10.

Bahkan, Candi Brahu dan Gentong diduga warisan dari dinasti itu. Lalu, Singhasari pada masa Kertanagara juga pernah berjejak berdasar sebuah prasasti yang memperingati penanaman pohon boddhi di Trowulan.


PENERUS SINGHASARI KELAK menentukan takhta Majapahit. Alkisah di akhir abad ke-13 tatkala Singhasari pada masa Kertanagara, terjadilah pemberontakan Jayakatwang, penguasa Kadiri yang menjadi kerajaan bawahan Singhasari. Akibat pemberontakan yang dipicu balas dendam itu Singhasari menemui kehancurannya. Namun, ada kebangkitan kembali berkat menantu Kertanagara sendiri, yaitu Raden Wijaya.

Nama “Majapahit” ditahbiskan ketika Raden Wijaya dan pengikutnya asal Madura tengah mendirikan sebuah permukiman di pinggiran Sungai Brantas, hutan orang-orang Trik. Tatkala para pengikut yang sedang membuka hutan itu kelaparan, mereka makan buah maja yang rasanya pahit. Lalu, lahirlah Majapahit menjadi nama desa.

Sumber naskah Jawa tertua yang menyebutkan daerah bernama Majapahit itu adalah kitab yang baru ditulis pada 1600, Serat Pararaton. Naskah kuno itu tidak menyebutkan Majapahit sebagai ibu kota, melainkan suatu permukiman ketika Raden Wijaya mempersiapkan perjuangannya untuk merebut kembali kejayaan Singhasari.
Akhirnya, Raden Wijaya berhasil merebut ke­kuasaan dari pemberontak. Kemudian dia bertakhta di Ibu Kota Majapahit sebagai raja yang pertama bergelar Kertarajasa Jayawarddhana pada 10 November 1293, yang diperingati sebagai hari jadi Majapahit. Kelak dia menurunkan raja-raja Majapahit, dan raja-raja penerusnya di Tanah Jawa yang bertakhta hingga hari ini.

“Kita tidak tahu sebenarnya di mana ibu kota itu,” kata Hasan Djafar—ahli arkeologi, epigrafi dan sejarah kuno—yang pernah meneliti soal masa akhir Majapahit. Sejauh ini tidak ada sumber tertulis yang menyebutkan secara tersurat lokasi persisnya Majapahit. Namun menurut Djafar, berita Cina yang ditulis Ma Huan menyebutkan sebuah ibu kota yang terletak sisi barat daya Canggu—pelabuhan kuno di tepian Sungai Mas—sejauh berjalan kaki selama satu setengah hari. “Kalau kita perhitungkan lokasinya sekitar Trowulan sekarang,” ungkapnya.

Dari catatan Ma Huan sepertinya Majapahit telah pindah dari pinggiran Brantas ke daerah agak pedalaman, namun pelabuhan dan sungai masih merupakan jalur utama menuju kerajaan itu. Prasasti Canggu pada 1358 menyebutkan tentang tempat penyeberangan di sungai-sungai besar, seperti Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Pertumbuhan tak hanya di daerah peda­lam­an, tetapi juga di daerah sepanjang pantai utara Jawa. Djafar berpendapat hal ini membuka peluang Majapahit menjadi kerajaan yang bukan hanya agraris, melainkan juga komersial sebagai kerajaan maritim.

Pada masa Raja Hayam Wuruk ketika Ma­japahit mencapai masa keemasannya, “Prapanca menuliskan gambaran Nusantara dengan begitu detailnya dengan menyebutkan berbagai kepulauan,” tutur Djafar. Dia mengacu pada sumber sejarah Kakawin Nagarakertagama yang sesungguhnya berjudul Desawarnana. Karya pujasastra ini digubah oleh Rakawi Prapanca pada 1365, seorang pujangga Majapahit yang kelak menjadi “pelopor sejarawan modern dan jurnalis pionir di Indonesia.”

Lalu, saya menanyakan kepada Djafar tentang sesuatu yang telah menjadi panutan umum: bahwa Majapahit mempunyai wilayah Nusantara yang teritorinya seperti Republik Indonesia. “Itu omong kosong!” ujar Djafar, “tidak ada sum­ber yang mengatakan seperti itu.” Dia meng­ingatkan, semuanya harus kembali ke sumber tertulisnya. “Wilayah Majapahit itu ada di Pulau Jawa, itu pun hanyaJawa Timur dan Jawa Tengah.”

“Sayang sekali banyak ahli sejarah menafsirkan bahwa Nusantara itulah wilayah Majapahit!” Menurutnya, makna “nusa” adalah “pulau-pulau atau daerah”, sedangkan “antara” adalah “yang lain.” Jadi Nusantara pada masa Majapahit di­artikan sebagai “daerah-daerah yang lain”—karena kenyataannya memang di luar wilayah Majapahit. Djafar berpendapat, Nusantara merupakan koalisi antara kerajaan-kerajaan yang turut bekerja untuk kepentingan bersama demi keamanan dan perdagangan regional. Mereka berkoalisi sebagai mitra satata—sahabat atau mitra dalam kedudukan yang sama. “Ja­ngan diartikan kepulauan di antara dua be­nua,” ujarnya. “Bukan pula nusa yang lokasinya di antara."


Sebagai kerajaan adidaya, Majapahit berkepentingan untuk mengamankan wilayah kerajaan-kerajaan Nusantara sebagai daerah tujuan pemasaran dan sebagai penghasil sumber daya alam untuk perdagangan. Namun demikian, sampai hari ini masih saja ada tafsir bahwa kerajaan-kerajaan itu memberikan upetinya kepada Majapahit seolah membuktikan ketundukan kerajaan-kerajaan Nusantara di bawah supremasi Majapahit.

“Tidak ada satu kata pun dalam Nagarakertagama yang bisa diartikan sebagai upeti tanda tunduk seolah menjadi negara jajahan Majapahit,” ujar Djafar. Berdasar uraian Nagarakertagama, Majapahit memang punya tradisi mengadakan suatu pesta besar setiap tahunnya. Para penguasa yang  diundang ada yang memberikan hadiah-hadiah kepada Raja Majapahit, dan  menurut Djafar hadiah itu bukanlah upeti. “Buktinya, sejak Majapahit berkuasa sampai runtuh pun daerah-daerah itu merdeka.”

Lalu mengapa sampai ada anggapan bahwa Nusantara itu adalah wilayah Majapahit? “Barangkali karena founding fathers kita ingin menyatukan negara ini,” ujar Djafar lirih. “Kemudian Muhammad Yaminmenggunakan gagasan Nusantara sebagai bentuk negara kesatuan.”

Di sebuah toko buku bekas di Jakarta, saya menemukan karya Yamin yang dimaksud Djafar. Salah satu tokoh pendiri negara Indonesia  itu pernah menulis sebuah buku Gajah Mada, Pahlawan Persatuan Nusantara yang terbit kali pertama pada 1945 dan telah dicetak ulang belasan kali. Dalam lampirannya terdapat secarik peta wilayah Republik Indonesiaberjudul “Daerah Nusantara dalam Keradjaan Madjapahit.” Tentang peta ini Djafar mengungkapkan, “gagasan persatuan ini oleh para sejarawan telah ditafsirkan sebagai wilayah Majapahit sehingga seolah ada penaklukan. Itu salahnya!”

Yamin, dalam buku itu, juga menampilkan fo­­to sekeping terakota berwujud wajah lelaki berpipi tembam dan berbibir tebal. Yamin de­ngan keyakinan ilmu firasatnya menuliskan di bawah foto sosok itu, “Gajah Mada... Rupanya pe­nuh dengan kegiatan yang mahatangkas dan air mukanya menyinarkan keberanian seorang ahli politik yang berpemandangan jauh.” Namun, belakangan saya melihat kepingan itu di Museum Trowulan, yang memiliki koleksi Maja­­pahit terlengkap. Sejatinya itu bagian dari ce­lengan kuno dan tak berkaitan de­­ngan Gajah Mada.
Kini, sebuah patung lelaki bertubuh gempal dengan wajah seperti dalam buku Yamin itu telah berdiri di halaman Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia di Kebayoran Baru. “Itu skandal ilmiah dalam sejarah,” ujar Djafar.

SELAGI PAGI MEREBAH DI CANDI TIKUS, Gunung Penanggungan, Arjuno, Welirang, dan Anjasmoro sedang menggulung kelambu halimunnya. Saya menemani Sugeng Riyanto, seorang rekan satu tim dengan Eriawati, yang melakukan survei potensi tinggalan arkeologi sepanjang kanal Majapahit. Jaringan kanal kuno itu dipengaruhi oleh dua sungai besar yang mengapit Ibu Kota Majapahit, Sungai Brangkal dan Sungai Gunting. Keduanya mendapatkan sumber air di gunung-gunung sisi selatan dan bersama-sama bermuara di Sungai Brantas, sisi utara ibu kota.  Candi Tikus yang kami datangi merupakan salah satu bangunan air tinggalan Majapahit.

Candi Tikus sejatinya merupakan petirtaan kuno yang dibangun sekitar abad 13-14. Arsitekturnya merepresentasikan Gunung Mahameru di India. Dalam mitologi Hindu, gunung tersebut merupakan tempat suci bagi para dewa dan sumber dari kehidupan alam semesta. Pancuran-pancuran mengalirkan air yang menyimbolkan air suci amertamantana atau air kehidupan. Pada zaman kemegahannya, petirtaan ini mendapatkan air dari sisi selatan, lalu air dialirkan ke utara lewat dasar lantai ke kanal-kanal Majapahit.


Umumnya pengunjung heran mengapa dinamakan Candi Tikus. Papan informasi di dekat kantor juru pelihara akhirnya menjelaskan rasa penasaran itu. Jadi, suatu hari pada 1914 tatkala warga desa tengah membinasakan hama tikus, sebuah gundukan tanah yang diduga sarang tikus alhasil menjadi tujuan amukan warga. Ketika warga menggerataknya, tersingkaplah sebuah bangunan batu bata yang hingga kini dikenal sebagai Candi Tikus. Ah, Candi yang malang, pikir saya usai membaca riwayatnya. Pastinya dulu dia diagungkan sebagai petirtaan suci, tetapi kini dikenang dengan nama satwa pengerat nan menjijikkan.

Di sisi utara petirtaan itu Riyanto meng­ham­piri tebing tanah di pinggir sawah. Lalu, dia menunjukkan kepada saya suatu bukti bahwa daerah yang kita pijak itu dulunya bagian dari jaringan tata kelola air kuno.
Riyanto berkata, “Lihat, lapisan pasir dan kerakal ini membuktikan bahwa di sini dulu daerah aliran air.”
Kami merasa seperti menemukan kembali suatu kearifan lokal dari zaman Majapahit. Pemerintah kerajaan tampaknya sangat sadar dan tanggap dengan gejala alam yang dihadapinya. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah kipas aluvial–dataran yang terbentuk dari bahan-bahan erosi lereng gunung. Ketika musim hujan, air akan meluap ke dataran sekitarnya yang lebih rendah. Sebaliknya, sungai-sungai berkurang debit airnya kala musim kemarau.

Para penata laksana Majapahit berpikir untuk merevitalisasi fungsi danau alam dan membuat jaringan kanal-kanal­—juga penampungan air baru. Jaringan itu membentang dan bersilangan sehingga membentuk bidang-bidang persegi di ibu kota itu. Lima jalur kanal melintang utara-selatan, sementara tujuh lainnya membujur barat-timur yang salah satunya berujung di petirtaan Candi Tikus. Menurut Riyanto, jika ruas-ruas jalur kanal itu dirangkaikan, panjangnya bisa mencapai sekitar 26 kilometer! “Majapahit memang dikenal jago dalam manajemen teknologi air.”
Saat ini kenampakan jalur-jalur kanal itu memang tak seindah dan tak sekentara peta ha­sil survei Riyanto.

Kini, bekas jaringan kanal itu telah menjelma menjadi sawah, permukiman, kebun tebu, dan lapangan parkir situs perma­kaman muslim zaman Majapahit. “Kita perki­rakan kanal-kanal itu awalnya berukuran delapan sampai lima belas meter lebarnya,” ujarnya, “sekarang sudah ada yang mencapai enam puluh hingga tujuh puluh meter.”
Hal yang membuat saya terpesona, sebuah kolam raksasa berdinding batu bata tinggalan Majapahit masih bisa disaksikan hingga sekarang. “Segaran” demikian warga menyebutnya, yang bermakna laut buatan. Luas kolam itu 6,5 hektare atau enam kali lapangan sepak bola! “Mungkin itu adalah kolam artifisial terbesar di dunia,” ungkap Riyanto.

Bagaimana membuktikan bahwa jaringan kanal-kanal di Trowulan itu berasal dari zaman Kerajaan Majapahit?
Menurut Riyanto, arah orientasi jaringan kanal-kanal kuno itu sama persis dengan arah bangunan zaman Majapahit. Hasil survei di jalur kanal juga tidak menunjukkan adanya temuan arkeologis. “Kanal dibangun awal, kemudian bangunan menyesuaikan.”

Riyanto juga menolak anggapan bahwa kanal-kanal tersebut dibangun pada masa Hindia Belanda. Dia berpendapat bahwa saluran irigasi yang dibangun Belanda untuk perkebunan tebu sekitar Trowulan itu sebetulnya melanjutkan fungsi kanal-kanal kuno. “Sekecil apapun ba­ngunan yang dibuat Belanda pasti ada arsipnya,” kata Riyanto bersemangat. Namun, “kanal-kanal ini tidak ada arsipnya sama sekali di Belanda.”

Dugaan bahwa kanal-kanal tersebut tinggalan Majapahit diperkuat dengan uraian Prapanca dalam Nagarakertagama. Sang pujangga itu menggambarkan Keraton Majapahit pada pupuh VIII: “Tersebut keajaiban kota, tembok batu merah, tebal tinggi, mengitari pura. Pintu Barat bernama Pura Waktra, menghadap lapangan luas , bersabuk parit.”  Menurut Riyanto, kata-kata “tembok batu merah” dan “bersabuk parit” itu mengisyaratkan perwujudan kanal di bagian Kota Majapahit.

Pernyataan pertama yang menunjukkan jalur-jalur kanal kuno itu dicetuskan oleh Karina Arifin pada 1983, kini ahli arkeologi di Universitas Indonesia. Berdasar citra foto udara awalnya jalur-jalur itu ditafsirkan sebagai jalan raya, namun pengamatannya di lapangan membuktikan bahwa itu adalah bekas jalur kanal. Buktinya, Arifin menemukan tumpukan batu bata kuno yang diduga adalah dinding penguat kanal. Selain itu, letaknya lebih rendah daripada permukiman. ”Setelah dibor sampai empat meter ternyata itu lapisan sedimentasi,” kenang Arifin. ”Jadi dulunya itu mestinya kanal, bukan pengerasan jalan.”


Dalam sebuah diskusi awal tahun ini di Museum Nasional, para ahli arkeologi mema­parkan hasil penelitiannya tentang Majapahit. Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia Mundardjito mengisahkan penga­lamannya menyelisik Trowulan selama tiga puluh tahun lebih kepada saya. Seiring melimpahnya temuan, kini dirinya mulai yakin bahwa Trowulan itu dulunya adalah sebuah ibu kota. Alasannya, tidak ada lagi kawasan kuno yang menyamai ragam temuan dan teknologi masyarakatnya. “Berarti inilah ibunya, yang lain anaknya,” ujarnya terkekeh.
Indonesia memiliki banyak kerajaan tua sebelum Majapahit berdiri, tetapi kerajaan-kerajaan itu tak satu pun yang menyisakan tinggalan kota kunonya. “Yang ada, ya hanya di Trowulan”, ungkap Mundardjito, “inilah kota kuno satu-satunya!”

Menurut Mundardjito, kanal-kanal Majapahit merupakan teknologi adaptasi masyarakat terhadap musim yang bersifat ekologi. Mereka berhasil mengalirkan air limpahan dari kota ke dalam jaringan kanal. Sebaliknya pada musim kemarau, deposit air dalam tanah selalu tersedia sehingga sumur-sumur warga tak pernah kehabisan air. “Tidak seperti Jakarta, kanal barat dan kanal timur tidak dipertemukan sehingga limpahannya sampai ke tempat presiden,” ujarnya. “Tetapi, masalah limpahan air di Majapahit tidak sampai ke tempat raja karena kanal-kanal tersebar merata di permukiman.”

Sejumlah enam danau alam telah direvitalisasi oleh pemerintah Majapahit sebagai waduk untuk pengairan sawah. Jaringan kanal di Majapahit saling berkait dengan waduk, sungai, curah hujan, kolam, dan drainase di bawah permukaan tanah. “Itu suatu sistem yang sangat luar biasa,” ungkap Mundardjito. “Jangan melihat kanal sebagai satu hal saja!” Kepadatan temuan tembikar dan keramik asing pun berada di kawasan dekat jaringan kanal-kanal, bukan daerah pinggiran. Ragam jenis temuan arkeologi itu sangat banyak dan karya ukirannya pun sangat indah yang menunjukkan kehidupan perkotaan. Mundardjito menduga para artisan itu dilindungi dan dipelihara raja. “Tidak pernah kita menemukan situs lain dengan kualitas dan jumlah yang luar biasa” ungkap Mundardjito dengan bergelora. “Nah, itu menandakan ibu kota!”

Djafar yang duduk di sebelahnya menambah­kan, Ibu Kota Majapahit bersistem mandala, artinya di sinilah pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja yang dikelilingi para pejabatnya. Struktur pemerintahan Majapahit itu terdiri atas kerajaan-kerajaan daerah. Raja-raja daerah itu disebut “paduka batara” atau bhre yang umumya para kerabat raja. “Seperti republik kita dengan provinsinya,” ujar Djafar, “raja daerah itu semacam gubernur.”

“Penanda sebuah kota yang besar itu harus ada monumental works,” ungkap Mundardjito. Dia menunjukkan Trowulan masih memiliki sisa-sisa bangunan permukiman dan bukti bangunan monumental lainnya seperti kompleks candi Hindu dan Buddha di sisi utara, sistem jaringan kanal dan waduk, gapura-gapura, dan sebuah kolam buatan berukuran raksasa. “Tetapi, jika ini hancur semua, kita hanya punya cerita. Tidak punya bukti,” dia berhenti sesaat lalu berkata, “itu namanya negara dongeng.”

Uniknya, tidak seperti bangunan kerajaan lainnya, Ibu Kota Majapahit tidak memiliki tembok kota. Kesimpulan itu diperoleh Mundardjito usai menyisir Trowulan dalam Indonesian Field School of Archaeology 1991-1993. “Esensinya, temuan tembok kota itu tidak ada,” katanya. Ibu kota ini “luar biasa sekali dan luasnya sembilan kali sebelas kilometer!”

SEBUAH PERMUKIMAN TENTUNYA memiliki ruang. Saya kemudian terbang ke Palembang untuk menemui Nurhadi Rangkuti, Kepala Balai Arkeologi Palembang. Rangkuti pernah mengajukan konsep ruang Ibu Kota Majapahit seluas sembilan kali sebelas kilometer. Tatkala Rangkuti menyisir zona peralihan antara kenampakan kekotaan dan kedesaan Majapahit pada 2003, dia mendapati tiga yoni berukuran besar di tiga desa: Lebak Jabung, Sedah, dan Klinterejo.


Yoni-yoni itu tak hanya berukuran besar, namun juga berukir hiasan raya dan bercerat naga bermahkota. Dia juga menemukan sisa-sisa kompleks pemujaan Siwa di sekitar yoni-yoni tersebut. Setelah menghubungkan titik-titik koordinat ketiga desa itu, dia mendapatkan titik yang keempat berada di Desa Tugu-Badas, sisi barat laut Trowulan. Sayangnya, Rangkuti tidak menemukan yoni berukuran besar dan bercerat naga di Tugu-Badas.

Meskipun demikian, dia menganggap Tugu-Badas mewakili titik penting lantaran adanya temuan batu-batu candi di desa itu. “Yoni itu hanya salah satu komponen,” ungkap Rangkuti. “Komponen lainnya adalah bangunan suci atau pura.” Jika keempat titik tersebut dihubungkan dengan garis akan tampak sebuah kawasan persegi yang sempurna dengan lebar sembilan kilometer dan panjang sebelas kilometer.

Dia menduga bahwa empat titik ini memang sengaja dirancang oleh para penata laksana Majapahait terkait dengan kawasan ibu kota yang mereka bangun. “Ini bukan batas kota sebenarnya,” kata Rangkuti, “tetapi adalah konsepsi tentang penataan ruang Majapahit.”

Di bilangan Jakarta Selatan, saya berke­sempatan bertemu dengan Junus Satrio Atmodjo selaku Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia yang pernah terlibat dalam penyusunan Rencana Induk Arkeologi Trowulan pada 1983-1986. Saya bertanya kepadanya apakah temuan empat titik yang dikemukakan Rangkuti suatu kebetulan belaka? “Susah juga kalau itu kebetulan,” jawabnya, “garis-garis itu begitu manis bentuknya. Jarak satu dengan yang lain bisa pas!”

Namun, dia buru-buru menambahkan, terdapat perbedaan antara arah orientasi konsepsi wilayah Ibu Kota Majapahit yang disajikan Rangkuti dan arah orientasi kompleks bangunan Trowulan yang ada didalamnya—permukiman kuno, candi, dan kanal. “Kok bisa punya dua mata angin yg berbeda?” sanggahnya.

Kami akhirnya membicarakan soal karut marutnya pelestarian situs-situs bersejarah di Indonesia. Menurut Atmodjo, kebudayaan dalam pemerintahan sekarang telah membentuk kesempatan seseorang untuk memperkaya diri dan penuh kepentingan politik. “Jadi seharusnya ada politik kebudayaan,” ujarnya. “Kebudayaan itu adalah urusan wajib sedangkan pariwisata itu urusan pilihan.”

Saya jadi teringat pemaparan Mundardjito, bahwa kebijakan politik kebudayaan itu tidak berjalan. Kasus perusakan oleh negara atas tinggalan Majapahit terjadi lagi ketika pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM) di lahan Museum Trowulan pada 2008. Dia melihat sendiri tatkala pondasi-pondasi bangunan PIM yang rencananya untuk melindungi tinggalan Majapahit itu justru menghancurkan apa yang seharusnya dilestarikan—perusakan sebelumnya: pembangunan Balai Penyelamatan Arca pada awal 1980-an yang kelak diresmikan sebagai Museum Trowulan. Dia pun harus melapangkan dadanya melihat seluruh kronologi lapisan budaya Majapahit kian hari kian tergerus habis. “Itulah hakekat data arkeologi di Trowulan,” ujarnya, “dan, kita harus merekonstruksinya dengan cara apa pun.”


Suatu sore di Bintaro, Tangerang Selatan, saya berkunjung ke studio arsitektur nan asri milik Osrifoel Oesman, lelaki penyuka busana hitam yang kerap mengikat rambutnya. Oesman mungkin satu-satunya sarjana arsitektur yang menekuni studi arkeologi di Indonesia. Pada akhir 1990-an, dia merekonstruksi bangunan hunian situs Kota Majapahit di Trowulan. Dia telah sampai pada kesimpulan bahwa sebagai suatu kota, Majapahit mempu­nyai tiga kategori ruang.

Pertama, ruang makro yang terletak di luar kanal. Kedua, pusat kota metropolitan yang berada di sepanjang jaringan kanal. Ketiga, permukiman. “Bicara kota tanpa permukiman itu sama saja bohong,” tuturnya. Penggalian arkeologi Situs Segaran dekat Museum Trowulan telah memunculkan informasi bangunan rumah terlengkap sepanjang masa klasik Indonesia. Berdasar temuan arkeologi, etnografi, dan paparan relief-relief candi yang melukiskan rumah masa Majapahit, Oesman bisa membayangkan seperti apa permukiman kota kuno itu.

Ibarat kembali ke masa lalu, kemudian membangunnya kembali di masa kini, menurutnya, permukiman masa Majapahit itu seperti kaveling yang terdiri atas kelompok rumah-rumah dalam satu tembok keliling. Juga, terdapat pengelompokan rumah berukuran besar, sedang, dan kecil. Arsitektur Majapahit masih bisa ditemui padanannya dengan rumah tradisi di Bali. “Bukan Majapahit yang mirip Bali, tapi Bali-lah yang mirip Majapahit,” ungkap Oesman dengan tegas.

Rekonstruksi yang dilakukan Oesman telah membuktikan bahwa pola rumah-rumah di  Ibu Kota Majapahit mempunyai suatu sistem yang berpola orientasi yang sama, 5-12 derajat dari arah utara. Ternyata kearifan lokal arsitektur tradisional di Majapahit—dan mungkin berlaku untuk tradisi lain—utamanya bukan dalam hal penataan bangunan, melainkan penataan untuk ruang hidup.

Saya turut menyaksikan karya rekonstruksi rumah Majapahit dalam pameran ”Majapahit Puncak Peradaban Nusantara Abad 13-14 Masehi” di Museum Nasional pada pertengahan 2007. Dalam pendaran tata lampu nan elok: Rumah dengan skala sesungguhnya berdiri di atas batur, atapnya genting berukel, berdinding anyaman bilah-bilah bambu. Ada dua anak tangga kecil yang mengantarkan penghuninya masuk melewati pintu. Dapur lengkap dengan tempayan berada di samping rumah. Penghuni rumah tampaknya menghindari genangan di halaman rumahnya dengan parit kecil yang mengelilingi rumah dan hamparan susunan kerakal bulat berbingkai batu bata untuk memudahkan air meresap. Sangat arif!

Sambil mengisap kretek, Oesman mengenang peristiwa lima tahun lalu dan berkisah kepada saya. Seminggu sebelum pameran dia dida­tangi oleh seorang anggota Pasukan Pengamanan Presiden. Dia meminta Oesman untuk memperlebar tangga dan pintu rumah itu hanya karena Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berencana meresmikan pameran. Oesman menolak dengan alasan rumah itu merupakan hasil rekonstruksi. Namun, pada saat pembukaan akhirnya Presi­den masuk ke rumah tersebut dengan hati-hati. Dia tampaknya terkesan dengan rumah mungil itu lalu bertanya kepada Oesman.
 “Kalau begitu konsep Rumah Sangat Sederhanakita masih terlalu besar ya. Itu luasnya berapa?”
“Sekitar dua belas meter persegi, Pak.”
“Kalau begitu bisa kita kecilin ya RSS itu?” (luas RSS adalah dua puluh satu meter persegi).
“Silakan saja, Pak,” ujar Oesman sambil tersenyum hormat.
Rumah dalam tradisi tropis seperti Indonesia biasanya berukuran kecil karena menghadapi iklim yang lebih ramah diban­dingkan rumah-rumah di iklim empat musim. “Arsitektur kita itu arsitektur halaman,” kata Oesman kepada saya. “Fungsi rumah itu hanya untuk tidur.”


SUATU SIANG DI BEKAS permukiman tepian kanal kuno. Saya menyambangi Suwadji, seorang penggarap batu bata di Dusun Kamasan, Desa Sentonorejo. Ketika saya datang, lantai kuno—susunan kerakal berpembatas batu bata—yang terhampar di lahan miliknya itu sudah tak utuh lagi. Tanahnya telanjur dibongkar. Seorang buruhnya pernah menemukan jambangan tembikar bermotif gajah dan ikan, namun saat ini sudah dijual kepada seorang warga desa yang sering berkeliling mencari barang antik. “Begitu ketemu, saya jual laku Rp200.000,” kenangnya.

Banyak juga pemburu barang antik luar kota bermain di situs ini. Yoesoep, pemuda desa yang bekerja di linggan Sentonorejo, tahun lalu didatangi beberapa orang bermobil yang mengaku dari BP3, tanpa surat identitas atau surat tugas. Mereka membeli temuan Yoesoep berupa piring seladon bercorak ikan dan lima ratus batu bata kuno ukuran besar senilai Rp10,5 juta. “Kami tahu itu memang merusak, tapi ini urusan perut. Itu tidak bisa ditunda!” ungkap Yoesoep ketika saya tanya mengapa dia masih menggali tanah untuk membuat batu bata.

Tanpa kegiatan penambangan tanah untuk batu bata, Trowulan pun kian rusak. Pertumbuhan penduduk juga telah meningkatkan permintaan tanah untuk permukiman di desa itu, juga permakaman. Pada 2008 seorang mantan gubernur dan petinggi militer di Jawa Timur membangun kompleks permakaman keluarga di kawasan yang padat temuan arkeologisnya. Kompleks makam itu seluas delapan ribu meter persegi yang berdampingan dengan situs sejumlah umpak persegi delapan di Pendopo Agung. Apakah tidak ada perlindungan dari negara terhadap kawasan ini?

“Dasarnya kita melarang apa?” ungkap Aris Soviyani selaku Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur (BP3) ketika saya menanyakan pembangunan permakaman tersebut dan maraknya pendirian bangunan di kawasan Trowulan. “Secara legal formal tidak ada yang disalahkan. Kenapa harus diributkan?”

“Kawasan Trowulan itu belum ada statusnya hukumnya,” kata Soviyani. “Sekarang BP3 tidak mempunyai kewenangan menetapkan cagar budaya bergerak maupun tidak bergerak.” Dia sadar terdapat lebih dari tiga ribu titik pembuatan batu bata yang berkait dengan perut warga Trowulan. Namun, sebagai pelestari dia tak kuasa untuk menghentikan perusakan karena menurutnya dia tidak punya alat untuk menegakkan hukum. Jika pemerintah menganggap penting Trowulan, Soviyani berpendapat, sebaiknya kawasan itu segera dibebaskan dari segala aktivitas penduduk.

“Saya tidak setuju pendapat itu,” ujar Mundardjito di kediamannya, Rawamangun, Jakarta Timur, ketika saya minta tanggapan tentang pendapat Soviyani. Menurutnya,  siapa saja yang menemukan benda, bangunan, struktur, atau lokasi yang “diduga cagar budaya” wajib melaporkan kepada instansi yang berwenang. “Setiap orang dilarang melakukan pencarian benda cagar budaya atau yang diduga cagar budaya tanpa seizin pemerintah,” katanya sambil menunjuk beberapa butir landasan hukum. “Ketentuan pidananya kuat.”

Mundardjito menambahkan bahwa pemerintah tidak harus membebaskan kawasan Trowulan atau memindahkan semua penduduknya. Namun, yang terpenting, pemerintah harus mempunyai peraturan untuk menata dan melindungi kawasan itu. “Dikuasai pemerintah itu tidak berarti harus dibeli,” ujarnya.


Di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saya menjumpai Surya Helmi selaku Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Kawasan Trowulan, menurut penjelasan Helmi, saat ini sedang menunggu proses penetapan—yang tak bisa ditentukan waktunya—sebagai Kawasan Strategis Nasional mengingat cakupan situs yang luas dan sangat signifikan untuk sejarah.

Nantinya, apabila kawasan strategis itu terwujud, pemerintah daerah wajib mencarikan solusi bagi masyarakat yang bekerja sebagai pembuat batu bata untuk pindah ke sektor pekerjaan lainnya. Helmi berharap kepada para kepala daerah supaya tak hanya berorientasi untuk meningkatkan pendapatan daerah, tetapi juga turut menjaga nilai budaya kawasan ini. “Otonomi daerah itu sudah jelas,” kata Helmi, “pemerintah daerah berkewajiban menganggarkan dana untuk pelestarian cagar budaya di daerahnya.”

Helmi, melalui pendekatan persuasifnya kepada masyarakat, menginginkan situs Trowulan tidak lagi seakan-akan hanya milik satu lembaga. Situs ini harus mendatangkan kesejahteraan seluas-luasnya untuk masyarakat Trowulan. “Kita mencoba memberikan pengertian dan kompensasi insentif bagi para pelestari.”

Tak semua pembuat batu bata di Trowulan menghancurkan tembok-tembok kuno atau menjual temuan ke pemburu barang antik. Ruskan, pembuat batu bata berusia 65, menemukan bangunan air dari batu bata ketika sedang menambang tanah di belakang rumahnya, Nglinguk Wetan, Desember 2009. Atas kesadarannya, dia melaporkan ke BP3 dan merawat temuan yang mirip kolam seluas lapangan bola voli itu. Ruskan pun rela tidak melanjutkan penambangan tanah lagi karena lahannya berada di situs bersejarah. Bahkan, dia memilih membeli tanah dari luar Trowulan untuk bahan baku. “Saya rawat, tidak akan saya jual,” ujar Ruskan dengan bahasa Jawa halus. “Kalau perlu saya melakukan pekerjaan lain.”

Tulus Andrias sedang sibuk di bengkelnya ketika saya bertandang. Dia menemukan enam belas peralatan kuno dari besi dan gading di galian untuk bahan batu bata belakang rumahnya di Kemasan pada April 2010. Dia juga melaporkan atas temuan enambelas sumur kuno di lokasi yang sama. Andrias diganjar ucapan terima kasih sebesar Rp2,5 juta dari BP3. Di linggannya yang masih mengepul dia menghampiri saya dan berucap lirih tentang apa yang sudah dipikirkannya sejak dulu, tetapi tak sampai hati mengatakannya: “Aku punya anak laki-laki apakah bisa dikaryakan di museum?”

Misdi lelaki berusia 61, mantan buruh linggan Andrias, menemukan tinggalan Majapahit yang menggegerkan seisi desa. Pada Agustus 2003, sebuah mata tombak besi tak sengaja tercangkul. Tombak itu berhiaskan ukiran gajah dan babi sepanjang 66 sentimeter yang sebagian berlapis emas. Misdi menerima imbalan jasa sebesar Rp9 juta karena telah menyerahkan temuan itu kepada BP3. “Saya sekarang kerja di Museum Trowulan sejak 2005 sebagai pegawai honorer merawat taman dan koleksi,” kata Misdi.

Kisah-kisah pelestari tadi mungkin teladan kecil betapa pentingnya pemahaman antara harapan pemerintah dan kepedulian masyarakat. Saya bertemu lelaki muda Koordinator Museum Trowulan, Wicaksono Dwi Nugroho. Menurutnya, masyarakat Trowulan sebenarnya punya kepedulian, namun telanjur dijustifikasi sebagai agen perusak.
Nugroho menduga bahwa hal itu terjadi karena mereka terlalu lama tidak turut dilibatkan dalam kegiatan pemeliharaan.

Sejak 1986 Trowulan telah mempunyai Rencana Induk Arkeologi, namun yang terlupakan saat itu—dan hingga kini—adalah aspek sosial budaya masyarakat. Akibatnya ba­nyak muncul permasalahan antara pelestarian dan aktivitas masyarakat. “Apa yang masyarakat lakukan—melaporkan temuan—itu memerlukan perhatian dan penghargaan lebih dari kita,” ung­kap Nugroho, “dan kadang hal itu terlupakan.”


PAGI TERAKHIR DI KEGIATAN lapangan Sentonorejo, tim ahli arkeologi berhati-hati melapisi reruntuhan permukiman kuno di semua kotak ekskavasi dengan lembaran-lembaran plastik. Lalu, mereka menimbunnya kembali dengan tanah. Ketiadaan pembebasan tanah untuk perlindungan cagar budaya, berarti tiada pula jaminan bahwa reruntuhan dinding kuno itu masih lestari tatkala mereka kembali lagi melanjutkan penelitian tahun depan.

“Sebagian besar temuan struktur itu masih bisa kita lihat, namun hanya bisa di atas kertas,” ungkap Eriawati di ruang kerjanya. Dia membawa gulungan kertas lebar lalu menggelarnya di hadapan saya. Gulungan itu menggambarkan denah bangunan yang hanya sepotong-sepotong dan tak utuh, mirip permainan teka-teki susun gambar. Eriawati mereka-reka bahwa dulu di Sentonorejo pernah berdiri permukiman istimewa dengan berbagai bangunan ukuran besar dan saling berdampingan pada wilayah yang berkonteks.

Keyakinan Eriawati itu diperkuat dengan temuan peralatan dan unsur rumah nan mewah, juga jaringan kanal kuno yang pernah mengelilinginya. Tak jauh dari lokasi ekskavasi terdapat situs tinggalan yang telah ditampak-ulangkan oleh para ahli arkeologi sejak tiga puluh tahun yang lalu di Sentonorejo. Seluruh temuan tersebut juga menunjukkan sisa-sisa bangunan istimewa yang berada di kawasan yang dulunya dikelilingi kanal. “Saya tidak bermain di interpretasi, tetapi temuan,” ujarnya dengan optimistis. “Dari temuan itu kami yakin bahwa Sentonorejo itu bagian kompleks keraton, tetapi di mana istananya kami belum tahu.”

Entah sejak kapan kompleks permukiman kuno Majapahit ini terkubur akibat bencana alam bersama jaringan kanalnya, lalu hilang dari ingatan peradaban. Kini remah-remah kemegahan yang menyeruak itu tampaknya kian surut hingga suatu saat mungkin tak tersisa lagi selain dongeng. Ibarat ketidaksiapan masa kini untuk menyambut datangnya masa lalu, akankah kegalauan sejarah berulang?

Inilah yang membuat Eriawati frustrasi karena selalu kalah cepat dengan para pembuat batu bata dan pembangun rumah-rumah baru. “Saya prihatin,” sebuah kalimat ringan dalam tulisan, namun Eriawati mengucapkannya bersungguh-sungguh, “mimpi kalau kita bisa merekonstruksi Kota Majapahit.”

OLEH MAHANDIS Y.THAMRIN 












Indonesia Dipuji Dalam Penyelamatan Cagar Budaya



Indonesia yang kaya akan budaya nusantara beserta peninggalan sejarahnya kembali memukau mata dunia internasional. Baru-baru ini, salah satu kota di Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta, berhasil mewakili Indonesia dalam Forum Wali Kota se-Asia Pasifik yang diselenggarakan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).

DIY dinilai berhasil mempertahankan populasi sekaligus konsen melakukan pelestarian benda cagar budaya (BCB). Untuk itulah, Yogyakarta akan bersanding dengan 44 negara lainnya dalam Forum Wali Kota se Asia Pasifik di Gyeongju, Korea Selatan, 29-30 Agustus mendatang. Tujuannya, untuk berbagi pengetahuan dan membicarakan masalah pelestarian BCB.

Kepala Bagian Protokol Sekretariat Daerah Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko mengatakan, Yogyakarta adalah satu-satu kota di Indonesia yang diundang oleh UNESCO dalam forum ini. “Merujuk pada surat undangan, UNESCO menilai Yogyakarta mampu mempertahankan populasi dan konsen dengan upaya pelestarian BCB," kata Wahyu di Yogyakarta, Rabu (29/8).

Yogyakarta, ujarnya lagi, juga dianggap berhasil memproteksi perusakan BCB dari kepentingan bisnis. Dalam forum tersebut, Yogyakarta akan memaparkan mengenai peran swasta dan masyarakat dalam mempertahankan populasi dan pelestarian BCB.

Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) Jhohannes Marbun menyatakan, undangan UNESCO terhadap Yogyakarta perlu diapresiasi. Akan tetapi pihaknya tetap berharap pelestarian BCB di Kota Pelajar perlu ditingkatkan.

Sebab, masih banyak kasus-kasus pelanggaran di Yogyakarta seperti menjadikan BCB untuk kepentingan bisnis. “Selama ini kesadaran masyarakat dan pemerintah setempat tentang pelestarian BCB memang meningkat tiap tahunnya. Namun, pemerintah belum membuat program dan menginisiasi keterlibatan masyarakat dalam pelestarian BCB,” kata Jhohannes.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta mencatat ada 455 BCB di wilayah Yogyakarta. Sebanyak 89 telah resmi ditetapkan sebagai BCB oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Sedangkan sisanya ditetapkan oleh Wali Kota pada 2009. 

Mengubah Semua Link Eksternal Menjadi NoFollow 

Apa itu Nofollow? Nofollow adalah sebuah tag dari atribut rel untuk menginstruksikan search engine seperti Google untuk tidak mengindeks (mengikuti) link yang mengarah ke sebuah halaman atau situs lain. Penggunaan nofollow ini dimaksudkan untuk mengurangi efektivitas spam di search engine termasuk pada komentar blog. Link eksternal adalah link yang mengarah halaman atau situs lain di luar blog kita.

<a href="http://kurniasepta.com" rel="nofollow">Blogger</a>



Jika sebuah link diberikan tag rel nofollow di belakangnya maka search engine tidak akan mengindeks link tersebut atau tidak memberikan backlink ke link tersebut. Robot search engine hanya akan mengindeks postingan kita dan bukan link eksternal. Penambahan tag rel="nofollow" ini membuat optimal SEO untuk blog kita tetap terjaga dengan baik dan hal ini membuat blog anda terlihat lebih baik di mata search engine seperti Google.


Manfaat lain mengubah link eksternal menjadi nofollow adalah:
- Dapat meningkatkan page rank (PR) blog
- Semakin tinggi page rank (PR) semakin baik posisi blog di search engine
- Bisa mendapatkan traffic yang banyak dari search engine
- Untuk bermain SEO blog nofollow sangat dibutuhkan

Cara Membuat Link Eksternal Menjadi NoFollow
Untuk Blogger.com atau blogspot sendiri sudah ada fitur menambahkan tag rel nofollow ketika membuat link di saat menulis postingan. Untuk lebih jelasnya bisa lihat contoh berikut ini:

Kita tinggal centang Add "rel=nofollow"

Cara Mengubah Semua Link Eksternal Menjadi NoFollow
Berikut ini cara kalau ingin mengubah semua link eksternal blog menjadi nofollow secara otomatis:
1. Login ke akun blogger.com
2. Pilih Template kemudian Edit HTML
3. Jangan lupa centang Expand Template Widget
4. Cari kode </head> Lalu taruh kode berikut di atasnya: 

<script src='http://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.3.2/jquery.min.js' type='text/javascript'/>
<script type='text/javascript'>
<![CDATA[
jQuery('a').each(function(){var a=jQuery(this).attr('href');if(typeof a!='undefined'&&a!=""&&(a.indexOf('http://')!=-1||a.indexOf('https://')!=-1)&&a.indexOf(window.location.hostname)==-1){jQuery(this).attr("rel","nofollow")}});
]]>
</script>

5. Simpan jika sudah selesai. 

Cara Membuat Spoiler di Blog


Beberapa orang pastinya sudah tahu apa itu spoiler (tombol show/hide), apalagi kalau sering bermain di forum. Spoiler sudah pasti sering digunakan. Lalu bagaimana kalau mau menerapkan atau membuat spoiler di blog? Sebelumnya kalau ada yang belum tahu apa itu spoiler. saya jelasin singkat saja. Spoiler adalah tombol yang diguanakan untuk menyingkat tempat atau menyembunyikan konten (teks, gambar atau video) dengan buka tutup. 

Contohnya bisa dilihat di bawah halaman ini. Spoiler bisa juga dibuat di blog, lebih khusus dipostingan. Biasanya digunakan untuk membuat penasaran si pembaca dengan menyembunyikan terlebih dahulu. Untuk melihatnya dengan mengklik tombol spoiler itu. Selain itu juga untuk menghemat tempat, ya karena buka tutup itu (spoiler). Lalu bagaimana cara membuat spoiler di blog? Langsung simak yang berikut ini.

Cara Membuat Spoiler di Blog
1. Login ke Blogger
2. Pilih New Post atau Entri Baru seperti membuat postingan biasa
3. Pilihlah pada mode Edit HTML saat membuat postingan
4. Gunakan kode script berikut ini untuk membuat spoiler:


<div style="margin: 5px 20px 20px;">
<div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><b>Judul Spoiler</b>: <input value="Buka" style="margin: 0px; padding: 0px; width: 55px; font-size: 12px;" onclick="if (this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display != '') { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = ''; this.innerText = ''; this.value = 'Tutup'; } else { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Buka'; }" type="button">
</div>
<div class="alt2" style="border: 1px inset ; margin: 0px; padding: 6px;">
<div style="display: none;">
Letakkan teks atau kode script (gambar atau video) di sini
 <br>
</div>
</div>
</div>


note: Yang di warna merah bisa di ganti dengan yang anda inginkan


5. Kita dapat mengganti Judul Spoiler sesuai kehendak kita, begitu juga Buka dan Tutup.
6. Klik Publish atau Terbitkan Entri jika sudah selesai.

Contoh:
Judul Spoiler:
Letakkan teks atau kode script (gambar atau video) di sini


Petenis nomor satu dunia asal Swiss, Roger Federer, serta peraih medali emas Olimpiade London 2012, Andy Murray, akan mendapatkan ujian sesungguhnya di arena Grand Slam AS Terbuka, Sabtu (1/9/2012). Pasalnya, lawan-lawan yang punya potensi jadi penjegal, menunggu mereka. Federer dan Murray tak menemui kesulitan untuk maju hingga babak ketiga grand slam lapangan keras ini. Tetapi pada akhir pekan ini, Federer akan menghadapi petenis kidal asal Spanyol, Fernando Verdasco, di Arthur Ashe Stadium, serta Murray ditantang kompatriot Verdasco, Feliciano Lopez, di Louis Armstrong Stadium.

Memang, Federer tak pernah kalah dari Verdasco dalam empat pertemuan, tetapi mereka tak pernah bertemu lagi selama tiga tahun terakhir. Unggulan ke-25 itu sudah membuktikan bahwa dia punya kemampuan untuk menjadi penjegal, seperti yang dilakukannya pada tahun ini atas peraih 11 gelar grand slam yang juga rekan senegaranya, Rafael Nadal, di Madrid.

Setali tiga uang, Murray pun punya rekor bagus dalam pertemuan dengan Lopez, di mana dia tak terkalahkan dalam enam pertemuan. Tetapi Lopez, peringkat 31 dunia, merupakan petenis yang kerab menjadi penjegal para pemain top.

Di bagian putri, petenis andalan tuan rumah Serena Williams, akan menghadapi petenis non-unggulan dari Rusia, Ekaterina Makarova. Sementara itu bintang masa depan Amerika, Sloane Stephens, bertemu unggulan ke-12 dari Serbia, Ana Ivanovic.

Konsep V2H atau kendaraan untuk rumah, sebagai pemasok tenaga listrik bergerak yang dicanangkan oleh Toyota




Toyota Motor Corporation (TMC) besok akan melakukan demo, memanfaatkan bus berbahanbakar hidrogen atau “fuel cell bus” (FCB) yang nantinya bisa digunakan sebagai sumber listrik pada kondisi darurat. Misalnya, penerangan untuk tenda penampungan atau evakuasi saat terjadi  bencana.  


English
The simple interface provides a powerful toolset for quickly
accessing and adjusting curves (RGB, CMYK, LAB and HSB), creating layer masks and pinning
memory colors.


Dikatakan pula, FCB juga bisa digunakan untuk memasok listrik untuk keperluan perlengkapan kelistrikan rumah tangga, seperti televisi, kulkas, oven dan sebagainya yang menggunakan arus bolak-balik (AC) dengan tegangan yang telah disesuaikan atau dibutuhkan (di Jepang 110 volt).Sebenarnya, ini merupakan untuk kedua kalinya Toyota coba memanfaatkan mobil atau kendaraan sebagai sumber listrik darurat .

Sebelumnya, digagas Prius hibrida plug-in sebagai sumber listrik darurat yang disebut vehicle to home (V2H) atau kendaraan untuk rumah. Nah


Untuk 100 jam
Tenaga listrik yang dihasilkan bus, seharusnya digunakan untuk memutar motor listrik (menjalankan bus), dipindahkan ke rumah atau tenda darurat (bisa juga gedung olahraga yang dijadikan tempat penampung sementara). Untuk ini, listrik DC yang dihasilkan sel bahan bakar diubah dulu menjadi AC, umumnya digunakan di rumah tangga.

Di Jepang bus ini dirancang untuk menghasilkan listrik bertegangan 100 volt. Untuk rumah yang mengonsumsi listrik 1,5 kW di rumah, untuk kebutuhan 100 jam lebih.


Ramah lingkungan 
Dengan menggunakan FCB yang mulai banyak beroperasi di Jepang, kebutuhan listrik saat darurat bisa dipenuhi lebih lama dibandingkan menggunakan mobil hibrida plug-in. Ruang bus yang besar untuk menimpan hidrogen menghasilkan sumber listrik lebih besar dan tentu saja bisa memenuhi kebutuhan makin lama. Tak kalah menarik, FCB juga menjadi pembangkit listrik bergerak tanpa emisi.

Menurut TMC, proyek V2T nantinya - ditargetkan – menggunakan bus - bisa memasok listrik 9,8 kW selama 50 jam. Bahkan diperkirakan, dengan tangki terisi penuh, bus FC bisa memasok listrik ke gedung olah raga yang membutuhkan listrik 100 kWh selama 5 hari.

Untuk yang terakhir, TMC berencana mengetesnya pada 2013 dan 2014, sebagai Proyek Toyota City Low-Carbon Verification. Di samping itu, antisipasi untuk mendapatkan sumber listrik saat darurat, khusus geografis Jepang yang sering mengalami gempa dan tsunami.
Untuk demo FCB pertama yang akan dilakukan besok (2 September 2012), Toyota akan melakukannya di Aichi Prefektur dan Toyota City. Bus digunakan sebagai pemasok listrik untuk mengoperasikan 20 layar televisi seperti yang tedapat pada tenda darurat saat terjadi bencana.



Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menganggap bahwa menghadiri perayaan ulang tahun anak usaha perusahaan BUMN hanyalah buang-buang waktu saja. Namun, semalam, Dahlan menyempatkan hadir untuk pertama kalinya. Kebetulan semalam adalah perayaan ulang tahun ke-50 PT Sarinah Persero. Puncak perayaan ulang tahun dilakukan di Hotel Sari Pan Pacific.


"Saya baru sekali ini menghadiri peringatan ulang tahun BUMN. Dari 141 BUMN yang ada, baru kali ini saya datang pas di perayaan ulang tahunnya. Sebenarnya menghadiri perayaan ulang tahun itu tidak produktif, hanya buang-buang waktu saja. Tapi, saya hadir di sini karena saya ingin tahu Direktur Utama Sarinah. Kebetulan semua direksi, termasuk direktur utamanya, itu wanita," kata Dahlan saat memberikan sambutan di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, Kamis malam (30/8/2012).

Sebenarnya Dahlan Iskan harus memberikan sambutan perayaan ulang tahun Sarinah tepat pukul 19.00 WIB. Apalagi, dalam acara tersebut juga turut hadir Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Kepala Bappenas Armida Alisyahbana, serta direksi BUMN. Namun, Dahlan memang baru menghadiri perayaan Hari Teknologi Nasional di Bandung pada pagi harinya sehingga sempat dikabarkan bahwa Dahlan tidak hadir dalam acara tersebut.

Tiba-tiba, pukul 20.30, Dahlan datang secara mendadak. Sebagian tamu undangan juga sudah pulang. Namun, Dahlan tetap tenang. "Saya ingin wanita lebih banyak tampil di BUMN. Dari hasil penelitian, perusahaan yang dipimpin wanita, termasuk perusahaan saya dulu, selalu sukses. Saya bisa tidur nyenyak karena wanita itu bisa dipercaya," kenangnya.

Dahlan berharap bahwa dengan kepemimpinan yang baru ini, PT Sarinah Persero bisa maju. "Tapi, prinsip saya terserah direksi. Mau perusahaan itu maju, mundur, mati atau bahkan tutup, itu terserah mereka. Yang penting, kalau perusahaan BUMN itu tidak maju, direksinya harus siap diganti," ujarnya.

Berlanggan Artikel

Enter your email address:

Download Software


Like This Page

Komentar